DINAMIKA POLITIK LOKAL NASIONAL DAN INTERNASIOANL
Ada beberapa kemajuan dari pergerakan kemerdekaan Papua pada tahun ini, yang membuat NKRI pusing.
1. Benny Wenda, diterima dengan pintu terbuka oleh Afrika Selatan,
Ketua Opisisi, Cucu Nelson Mandela, Ketua Parlemen, Mantan PM Transkei
(sebuah negara yang kemudian melebur ke dalam Afrika Selatan). Saat itu,
Cucu Nelson Mandela, menanyakan kepada Benny Wenda : “Katakanlah, apa
yang perlu aku lakukan agar Papua merdeka?” Hanya menunggu waktu, maka
45 negara di Afrika akan menekan PBB dalam persoalan Papua. Presiden
Afrika Selatan, sewaktu Wenda ada di sana, kemudian membatalkan
kedatangannya ke Indonesia untuk menghadiri peringatan 50 Tahun Gerakan
Non Blok, dan pembatalan ini, terjadi hanya dalam hitungan 3 hari (
sesuatu yang amat jarang terjadi dalam protokoler kenegaraan). Akhirnya,
Jokowi yang semula berharap dapat 1 (satu) mobil dengan Presiden Afrika
Selatan dari Jakarta menunju Bandung menjadi malu. Indonesia kehilangan
muka. Mitos persoalan Papua hanya menarik perhatian di Pasific telah
terpecah. Afrika ternyata menaruh perhatian juga.
2. Benny Wenda
bertemu dengan penerima Nobel Perdamaian Dunia, Uskup Agung Afrika
Selatan, Desmon Tutu. Pada pertemuan ini, Desmon Tutu menjanjikan : "
Ketika engkau bertemu lagi denganku, Papua telah merdeka !" Anggota
kehormatan "the Elders" ini sudah pasti tidak bermain dengan kata-kata
ketika mengucapkan hal ini. Pengaruh pribadinya, semisalnya lewat organ
ini, yang beranggotakan Kofi Annan ( mantan Sekjen PBB), Martti
Akhtisaari (Mantan Presiden Filandia), Jimmy Carter (mantan Presiden
USA), sudah pasti bukanlah sebuah omongan iseng. Buktinya, 1 minggu
kemudian, Kemenlu USA menguarkan pengumuman situasi HAM se dunia, dan
mencatat ada "diskriminasi ras" (penjajahan) yang membuah orang Papua
terpinggirkan. Pada 2 hari kemudian, Prancis lewat France 24, yang
didanai oleh pemerintah Perancis, yang disiarkan dalam 3 bahasa
(prancis,arab dan inggris) ke 250 juta penduduk dunia, mengirimkan
permintaan resmi kepada Victor Mambor, redaktur Jubi, guna menjadi
korespondensi mereka di Tanah Papua. Victor Mambor juga telah di undang
oleh seorang Direaktur Jenderal The Palais de Nations, Michael MĪ¦ller,
orang kedua di dalam PBB, yang penunjukannya diangkat langsung oleh
Sekjen PBB dan bertangungjawab secara langsung kepada Sekjen PBB. The
Palais de Nations adalah pusat berbagai kegiatan PBB di dunia, yang
berisi kantor tetap dan sekitar 180-an Negara di dunia. Pada tempat ini
juga berada seluruh kantor-kantor berbagai organisasi dunia. Pada tempat
ini yang berlaku adalah hukum Internasional di bawah kontrol langsung
dari Sekjen PBB. Apa yang dibicarakan oleh Direaktur Jenderal Michael
Moller dan Victor Mambor, hingga saat ini tidak terungkap. Rupanya ini
adalah pembicaraan “off the record”. Pada tahun ini, Sinode GKI di Tanah
Papua di minta hadir pada pertemuan HAM se Dunia di Jenewa, dan ketua
Sinode GKI di Tanah Papua, Albert Yoku : “ 6 (enam) bulan pertama, pada
masa pemerintah Jokowi, keadaan Papua bukan semakin baik tetapi semakin
buruk”. Mereka kemudian diajak bertemu Ana Gomes, politisi-diplomat yang
berada di Parlemen Uni Eropa. Perempuan asal Portugis ini adalah tokoh
dibelakang layar Negara Negara Portugis, yang membuat langkah-langkah
diplomatik sehingga Timor Leste merdeka. Mitos, tiada "koneksi
internasional" dalam persoalan Papua telah terpecah.
3. Page FWPC
saat ini telah beranggotakan kurang lebih 196 ribu orang se dunia, yang
tiap hari bertambah rata-rata sekitar 300 orang, sehingga bisa
diprediksi pada akhir tahun, akan beranggotakan lebih dari 200 ribu
anggota. Pada page ini, para anggota-nya, yang berasal dari seluruh
dunia, tiap hari mendapatkan pasokan info terkini dan terbaru terkait
perkembangan situasi di tanah Papua yang terjadi di seluruh dunia. Page
ini dan juga berbagai page sejenis di facebook, ternyata menjadi rujukan
bagi PM Piter Oneil dari PNG, ketika berpidato di depan Parlemen Negara
PNG, bahwa ‘ dari Media social kita menjadi tahu, tentang apa yang
terjadi terhadap sodara-sodara kita di sebelah, (karena itu), sudah
saatnya, PNG bersuara bagi mereka yang tidak bersuara”. Page ini
kemudian menjadi rujukan bagi page lain, yang menyetujui visi Papua
merdeka, semisalnya page Isolated, yang didirikan oleh seorang actor
film Holywood, yang berhasil membangkitkan kesadaran Papua dikalangan
artis Holywood. Atau page yang dimiliki oleh berbagai organ Pan
Africanist, yang secara tradisonal beranggotakan tradisonal di
Negara-negara Afrika. Persoalan publikasi telah runtuh pada tahun ini.
Mitos "berita tentang Papua bisa dikontrol" telah terpecah !
4.
Wartawan senior Papua, Victor Mambor, pada hari Kebebasan Pers Dunia
(WPDF) yang jatuh pada tanggal 3 Mei 2015, melalui IFJ, yang
beranggotakan 600 ribu wartawan se dunia, memberikan penghargaan
kepadanya. Pers dunia, telah mengirimkan signal perhatian terhadap
persoalan Papua. Presiden Jokowi dalam kunjungan ke Tanah Papua tujuh
hari kemudian (10 Mei 2015), bahkan memberikan waktu khusus guna bertemu
Victor Mambor, yang datang memenuhi undangan itu dengan berkaos oblong
dan bersandal jepit. Jokowi "ketakutan" terhadap tekanan publik dunia,
dan menjanjikan wartawan boleh bebas datang meliput (meski ini kemudian
dianulir oleh Panglima TNI dan Menkopolkam). Pagar "larangan bagi pers
asing meliput di Papua" mulai retak.
4. Telah bertambah dua
negara lagi, selain Vanuatu ( yang "kebetulan" karena Sato Kilman yang
PM, maka tidak bicara persoalan Papua di sidang UNGA pada tahun ini),
yakni Tonga dan Salomon Islands. Presiden Vanuatu, pada 1 (satu) bulan
lalu, bahkan mengingatkan kepada Perwakilan Tinggi negara Fiji di
Vanuatu, bahwa “rakyat Vanuatu berharap, mereka bersama-sama Fiji
mendukung kemerdekaan Paua”. Seluruh publik MSG, yang berada di dalam 5
(lima) Negara, berada di belakang perjuangan kemerdekaan Papua. Mantan
PM Salomon Islands yang lalu, Gordon Darcy Lilo, menerima uang sogokan
sebesar rp. $ 500.000 dari pemerintah Indonesia setelah dia kembali dari
Jakarta,maka kemudian dia diturunkan oleh rakyatnya. Mareka katakan,
Loli telah memakan uang darah rakyat Papua. Sekutu Papua semakin banyak.
Mitos " hanya satu negara" yang mendukung kemerdekaan Papua telah
terpecah !
5. ULMWP telah masuk menjadi "pengamat" dalam MSG,
sebuah forum dunia. Artinya rakyat Papua saat ini telah memiliki sebuah
wadah yang diakui oleh 6 negara di Pasific yang berhak membicarakan
persoalan Papua. Persoalan tidak ada wadah representative bagi rakyat
Papua telah runtuh pada tahun ini. Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia,
yang hadir pada pertemuan ini, hanya bisa duduk terdiam dan malu, ketika
bendera “Bintang Kejora” di taruh di sebuah deks meja, berdampingan
dengan bendera Merah Putih. Keberadaan dan representasi “Bintang Kejora”
diakui oleh dunia. Mitos tiada representasi Orang Papua telah terpecah !
6. PIF, yang terdiri dari 12 negara, mengakui bahwa Papua "ada
persoalan" dan bukan lagi persoalan internal Indonesia. Ini adalah
persoalan dunia, dan mereka mau mengirimkan Tim Pencari Fakta (biasanya
beranggotakan para Menlu ) ke Tanah Papua. Wakil Menlu USA yang hadir
merestui keputusan ini, dan meminta Indonesia taat. Australia dan
Selandia Baru, juga menyetujui ini. Hal ini bahkan diawali pada bulan
Agustus ketika PM PNG mempersoalkan persoalan Papua dalam pidato resmi
kenegaraannya di depan PM Jepang pada pertemuan bilateral mereka. Jepang
adalah Negara penyumbang terbesar kedua di PBB. Dan merupakan investor
utama bagi pembangunan Indonesia dalam kurun waktu beberada dekade.
Bahkan Martin Natatalegawa, menjadi malu dan memerah mukanya, sewaktu di
tuduh sebagai pembohong oleh utusan Negara Jepang pada siding HAM di
Jenewa Swiss terkait persoalan HAM di Tanah Papua pada tahun 2012. Oleh
utusan Negara Jepang, Indonesia dikatakan sebagai pembuat masalah di
atas Tanah Papua. Mitos "Papua adalah persoalan internal Indonesia"
sejak beberapa tahun dan memuncak pada tahun ini.
7. Ada 14 LSM
baik lokal, nasional dan Internasioal, semisalnya, Fransiscan
Internasional, Dominican for Justice and Peace (kedua lembaga ini
memiliki koneksi dengan Tahta Suci, Vatikan), World Council of Churches,
The Lutheran World Federation, ICP, dll) yang mempersoalkan kasus
Penembakan 2 Pelajar di Timika. Persoalan ini akan masuk dalam
pengadilan Internasional. Mekanisme hukum Internasional mulai bekerja
untuk kasus Papua. Ini semua diawali dengan Pidato dari Ketua Komisi
Tinggi KOmisi HAM PBB, yang menyebutkan secara resmi, dalam pidatonya,
ada persoalan di Papua. Penyebutan Papua di dalam pidatonya ini, amat
mempermalukan Indonesia, karena hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Mitos bahwa persoalan Papua, hanya diselesaikan dalam koridor hukum
NKRI telah pecah.
8. Pada tanggal 26 Oktober 2015, akan ada
pertemuan dari IPWP, yang beranggotakan 103 anggota Parlemen se Dunia,
yang mendukung kemerdekaan Papua. Pertemuan ini akan dilakukan di dalam
gedung Parlemen Negara Inggris. Saat ini, dua anggota dari gerakan ini,
menjadi PM Inggris dan Ketua Opisisi Parlemen Inggris. Sebuah mitos
bahwa pergerakan Papua tidak mendapat dukungan oleh politisi dunia telah
retak.
Mungkin demikian, sedikit daftarnya, yang menjelaskan
mengapa NKRI pusing terhadap persoalan Papua. Sehingga Jokowi harus
membatalkan Jamuan Makan Malam dengan Presiden USA, Barack Obama, dan
meminta jamuan makan malam dengan pihak Kemenlu USA.
Jokowi
memerlukan tindakan praktis dalam menghadapi persoalan Papua daripada
persoalan basi-basi politis formal kenegaraan. Atau kasarnya, Jokowi
ingin bertanya kepada USA : “ Oke. Kalian mendukung keutuhan
Sabang-Merauke. Saya ingin bunuh Benny Wenda, kau tahu cara menghingkan
jejaknya ka?” Ini adalah sebuah pertanyaan praktis yang tidak sopan jika
diajukan kepada Barack Obama, tetapi relative sopan jika kepada orang
dibawahnya. Jokowi ingin mendapat masukan praktis terkait cara dia
menghadapi lobi Papua Merdeka yang gerakan oleh Benny Wenda, dan seluruh
jaringan ULMWP, serta page FWPC dari berbagai person di Kemenlu USA.
Sudah pasti dia untuk tataran praktis ini Jokowi akan berusaha mendapat
kontak person dari CIA untuk persoalan ini. Untuk hal ini, sokongan
utama yang dia peroleh adalah jaringan relasi dari induk PT FI yakni,
Freeport McMoran, di USA. Yang secara khusus akan menggunakan relasi
dari Henri Kissinger Associated, sebuah associated, yang laporan
keuangannya tertutup untuk publik, yang bergerak di ekonomi-perbankan
dan intelejen. Ini adalah Associated yang dimiliki oleh salah satu
direksi PT FI, yakni Henri Kissinger. Para direksi Freeprot McMoran ini
akan di temui Jokowi terlebih dulu, pada pukul 09.00 (Waktu USA),
sebelum dia bertemu Presiden USA, Barack Obama. Jadwal pertemuan
petinggi Freeport McMoran yang mendahului pertemuan Barack Obama, seolah
memberitahukan kita, bahwa hitam-putih nasib Indonesia ditentukan
terlebih dahulu pada pertemuan dengan induk PT FI ini. Kita harus tahu
bahwa Judith A. "Jami" Miscik, yang merupakan President and Vice
Chairman dari Kissinger Associated pada Febuari 2009 dan 10 (sepuluh)
bulan kemudian diangkat Barack Obama sebagai Direktur CIA. Sebuah tugas
dari CIA adalah memberikan “President's Daily Brief” kepada Barack Obama
terkait perkembangan dunia, dan perpektif apa yang harus digunakan di
dalam memandangnya.
Pada tataran jawaban praktis, Henri Kissinger
Associated, yang memiliki kantor pusat di New York, memiliki jawaban
praktis, bahkan mereka memiliki cara “membunuh” yang tidak menarik
perhatian. Salah satu bidang usaha mereka adalah dalam tataran
intelejen. Mereka suspect (memiliki motif dan kesempatan dan kemampuan)
dalam kasus serangan "stroke" tiba-tiba yang dialami oleh Jhon Rumbiak,
pada tahun 2005, di New York pada pagi hari sebelum dia terbang ke
Washingtong DC, sehingga membuatnya tidak bisa berbicara dan bergerak.
Sesuatu yang menimpanya, sehari sebelum dia memberikan kesaksian
keterlibatan mantan agen CIA yang bekerja di PT FI dalam penembakan Guru
warga Negara USA di depan Senat USA. Padahal jika kesaksian ini
diberikan oleh Jhon Rumbiak, yang tidak mau memberikan tanya jawab kasus
ini dalam bahasa Indonesia selama di Jakarta - hanya dalam bahasa
Inggris di menjawab – maka sudah pasti PT FI akan di tutup berdasarkan
UU negara USA.
Dengan demikian, sudah pasti, penolakan keberadaan
PT FI di Indonesia adalah sebuah “sadiwara” yang di putar sebelum
Jokowi pergi ke USA. Presiden memainkan dua skenario, yakni pertama
lewat menteri ESDM, Sudirman Said, menginjinkan “perpanjangan kontrak” –
ini diakui menteri ESDM, bahwa berbagai tindakannya terkait PT FI
adalah atas seijin President”. Skenario “ menolak perpanjangan kontrak”
dimainkan oleh Menko Maritim Risal Ramli. Dua scenario ini dimainkan,
yang kemudian dilanjutkan oleh Jokowi dengan kalimat :” kita tunda
hingga 2019”. Jokowi memegang kartu As PT Freeport Indonesia dalam
tangannya ketika dia berangkat ke USA pada malam ini, dan berada di sana
dari tanggal 25-28 Oktober 2015.
Dengan demikian, maka di
hadapan Barack Obama atau Kemenlu USA, Jokowi akan berkata : "Kalian
boleh tetap mengolah di Timika, tetapi beri kami waktu, tolong, tolong,
beri kami waktu dan solusi terkait aspirasi Papua merdeka (Biar kita
sama-sama untung)!"
------
Kutipan berita :
Sebelum kita
masuk lebih jauh, mari kita tengok jadwal Presiden Jokowi di Amerika
Serikat. Presiden direncanakan akan mendarat pada pagi hari Minggu, 25
Oktober, di Washington DC (Tidak dijemput langsung oleh Presiden USA,
Barach Obama). Dia akan tinggal di Blair House, tempat menginap resmi
yang disediakan oleh pemerintah Amerika kepada kepala negara yang
melakukan kunjungan resmi. Jam empat sore, Presiden akan menemui
masyarakat Indonesia yang tinggal di DC.
Acara resmi akan mulai
keesokan harinya. Jam 9 pagi, Presiden Jokowi akan sarapan bersama para
eksekutif dari Freeport McMoran di Wilard Hotel. Sejam kemudian,
Presiden Jokowi akan bertemu dengan Presiden Obama di Gedung Putih.
Obama akan menerimanya di Oval Office, ruang kerja kepresidenan.
Pertemuan ini dilanjutkan dengan melakukan konferensi pers bersama.
Pertemuan ini tergolong sangat singkat, hanya 1 jam 20 menit (10-11.20).
Presiden Jokowi akan diterima sesuai tatacara protokoler Amerika.
Ketika datang, dia akan disambut Presiden Obama dan ibu negara. Kemudian
dia harus mengikuti semua upacara protokoler seperti memeriksa barisan
kehormatan yang diiringi dentuman meriam 21 kali, mendengarkan lagu
kebangsaan kedua negara, dan sedikit pidato basa-basi antara kedua
pemimpin negara. Selanjutnya, kedua presiden akan melakukan pembicaraan.
Setelah berbicara, mereka akan melakukan konferensi pers bersama.
Protokoler Amerika biasanya juga menyertakan acara makan siang bersama
antara kedua presiden. Tampaknya ini tidak akan dilakukan oleh delegasi
Presiden Jokowi. Malam harinya, biasanya kepala negara yang berkunjung
akan menikmati ‘glamour’ penyambutan dengan makan malam kenegaraan
(state dinner). Ini juga rupanya tidak akan dilakukan oleh Presiden
Jokowi. Ada kabar bahwa pihak Obama sesungguhnya menawarkan apakah
Presiden Jokowi berkenan untuk mengadakan jamuan makan malam. Namun,
tawaran ini tidak disanggupi mengingat terbatasnya waktu.
Sebagai
gantinya, Presiden Jokowi akan mengadakan jamuan makan siang di
Kementrian Luar Negeri (Department of State) Amerika Serikat (pukul
12.30-14.00). Menlu John Kerry akan menjadi tuan rumah jamuan makan itu.
Tidak diketahui alasan mengapa jamuan makan siang tidak diadakan di
Gedung Putih bersama Presiden Obama.
Setelah jamuan makan siang,
Presiden Jokowi akan mengadakan pertemuan dengan orang per orang (one to
one meeting) hingga pukul 17.00. Tidak diketahui siapa saja yang akan
bertemu dengan Presiden Jokowi. Namun, biasanya, pertemuan seperti ini
menjadi ajang melakukan lobby kepada Presiden.
memang bahaya ini,,,,,!
BalasHapussangat mengrikan,,!
BalasHapus